SEKOLAH KECIL YANG MEMBESARKAN KAMI
Saya menempuh pendidikan
sekolah dasar (1998 – 2004) di sebuah sekolah kecil (bahkan sangat kecil) di
pedalaman Merauke, SD Inpres Alaku Distrik Okaba. Kami dididik oleh dua orang
guru super luar biasa. Ibu Kalasina Agaki (mamaku yang terhebat) dan Bapak Robert
Felix Paath (Kepala Sekolah) yang lebih akrab kami panggil Opa Robi. Mereka
bukan guru bersertifikat profesional, bukan guru bertitel sarjana, bukan guru
pengkoleksi piagam penghargaan, bukan guru berkemampuan IT yang tinggi, sama
sekali bukan guru modern, tapi . . . mereka guru yang sungguh berdedikasi
tinggi, meraka menerjemahkan arti pengabdian, mereka mengajari kami arti
tanggung jawab.
Kami tidak belajar di
gedung berlantai keramik dengan dinding-dinding berwarna cerah. Kami hanya
punya dua ruang kelas berkualitas cukup baik, tapi itu tidak cukup untuk
menampung kami. Kami harus menempati sebuah gereja tua dengan dinding-dinding
yang lapuk dimakan rayap berlantaikan tanah untuk belajar.
Kami tidak belajar dengan
buku-buku penerbit terkenal. Kami hanya punya beberapa buku usang, tapi berguna
. . . karena benar-benar telah kami ambil ilmunya, kami anak-anak desa dengan
minat baca yang tinggi. Bahkan kami semua seperti tergila-gila dengan buku.
Kami begitu berbahagia ketika ada buku-buku cerita di sekolah kami. Saya masih
ingat dengan sebuah buku IPA (buku berwarnanya hijau tua dengan gambar katak
milik bapak kepala sekolah) yang selalu digarap secara turun-temurun bersama-sama
dari kelas 4 – 6. Saya dengan teman saya sering datang pagi hanya untuk
mencatat soal-soal yang ada di buku tersebut.
Kami bukan-bukan
siswa-siswa keren dengan baju putih celana merah SD, baju batik atau baju
pramuka. Kami hanya berpakaian biasa ke sekolah, pakaian sehari-hari. Pake
sepatu ke sekolah, itu ANEH! Pake seragam sekolah saja aneh! Tidak beralas kaki
atau bersandal jepit itu yang WAJAR!
TAPI, kami luar biasa! Mulai
terlihat hasilnya!
TAPI, sekali lagi, kami
punya guru yang super luar biasa!
Yang pertama, Kami punya Ibu
Kalasina Agaki (mengajar kelas 1 – 3 secara bersamaan), berhasil membuat
siswanya baca, tulis, dan berhitung! TIDAK ADA SATUPUN siswa yang tidak bisa
membaca, TIDAK ADA SATUPUN siswa yang tidak bisa menulis, bahkan kami sangat
ahli. Beliau bukan hanya mama bagi anak-anaknya, tapi juga bagi hampir seluruh
kampung! Beliau dipanggil mama oleh seluruh anak-anak kampung, suatu hal yang
begitu saya rasakan menyentuh hati!
Yang kedua, Kami punya
Bapak Robert F. Paath (mengajar kelas 4 – 6). Sosok orang tua yang mengajar
dengan kasih sayang yang KERAS. Ada beberapa hal yang sangat teringat :
- JANGAN PERNAH ALPA SEHARIPUN, nanti dapat
pukul sampe puas. Hasilnya luar biasa, kami semua adalah anak-anak yang sangat
rajin ke sekolah. Kami tidak mengenal kata
ALPA. - JANGAN PERNAH BERKELAHI DENGAN TEMAN, nanti kedua-duanya dapat pukul.
- JANGAN TERLIHAT DI ATAS JAM 10 MALAM, ITU SAATNYA TIDUR, nanti dapat pukul.
- HARUS HAFAL PERKALIAN, kalau tidak pica. Makanya kami semua hafal perkalian. Makanya kami semua pintar matematika. Tiap pagi maju hafal perkalian, tidak hafal, pica
- TIAP HARI ADA TUGAS. Kalau tidak kerja, pica... Saya masih teringat, pagi-pagi keringat dingin kerja tugas matematika.
- JANGAN CAMPUR-CAMPUR BUKU, Campur buku, pica...
- JANGAN . . . , nanti pica
- ROTAN, TEMPELENG, DLL.
- Kata-kata yang selalu teringat anak manusia bukan telur yang dipukul pecah, Dikasih hati minta jantung, dll
- Rokok Dji Sam Soe dengan minyak angin.
- SUPERMAN yang bisa ngajar sekaligus 3 kelas.
- Tiap hari kamis buat busur, kahil, tapi saya punya tidak pernah jadi . . .
- Tiap jumat buat pandu, ketupat, atau saham, kura-kura, atau kasuari drai lumpur.
- Dan masih banyak lagi
Terima kasih mama, terima kasih Opa Robi (beliau sudah
lama pensiun dan pulang kampung ke Manado, beliau menghabiskan masa muda sampai
tua untuk mengabdi) trima kasih telah mendidik dengan ROTAN, sehingga kami luar
biasa. Saya hendak berterima kasih.
Hari ini saya teringat pada sekolah kecil kami sehingga
menulis ini. Buat teman-teman, buktikan bahwa kalian adalah karya-karya yang
hebat dari orang hebat, Buat sapu teman
Fitri Nur Hayati lanjutkan pengabdian di sekolah kami seperti pendahulumu. Itu
amanah!
Tidak ada komentar: