Sunday, June 8 2025

Header Ads

SEKOLAH KECIL YANG MEMBESARKAN KAMI

Saya menempuh pendidikan sekolah dasar (1998 – 2004) di sebuah sekolah kecil (bahkan sangat kecil) di pedalaman Merauke, SD Inpres Alaku Distrik Okaba. Kami dididik oleh dua orang guru super luar biasa. Ibu Kalasina Agaki (mamaku yang terhebat) dan Bapak Robert Felix Paath (Kepala Sekolah) yang lebih akrab kami panggil Opa Robi. Mereka bukan guru bersertifikat profesional, bukan guru bertitel sarjana, bukan guru pengkoleksi piagam penghargaan, bukan guru berkemampuan IT yang tinggi, sama sekali bukan guru modern, tapi . . . mereka guru yang sungguh berdedikasi tinggi, meraka menerjemahkan arti pengabdian, mereka mengajari kami arti tanggung jawab.
Kami tidak belajar di gedung berlantai keramik dengan dinding-dinding berwarna cerah. Kami hanya punya dua ruang kelas berkualitas cukup baik, tapi itu tidak cukup untuk menampung kami. Kami harus menempati sebuah gereja tua dengan dinding-dinding yang lapuk dimakan rayap berlantaikan tanah untuk belajar.
Kami tidak belajar dengan buku-buku penerbit terkenal. Kami hanya punya beberapa buku usang, tapi berguna . . . karena benar-benar telah kami ambil ilmunya, kami anak-anak desa dengan minat baca yang tinggi. Bahkan kami semua seperti tergila-gila dengan buku. Kami begitu berbahagia ketika ada buku-buku cerita di sekolah kami. Saya masih ingat dengan sebuah buku IPA (buku berwarnanya hijau tua dengan gambar katak milik bapak kepala sekolah) yang selalu digarap secara turun-temurun bersama-sama dari kelas 4 – 6. Saya dengan teman saya sering datang pagi hanya untuk mencatat soal-soal yang ada di buku tersebut.
Kami bukan-bukan siswa-siswa keren dengan baju putih celana merah SD, baju batik atau baju pramuka. Kami hanya berpakaian biasa ke sekolah, pakaian sehari-hari. Pake sepatu ke sekolah, itu ANEH! Pake seragam sekolah saja aneh! Tidak beralas kaki atau bersandal jepit itu yang WAJAR!
TAPI, kami luar biasa! Mulai terlihat hasilnya!
TAPI, sekali lagi, kami punya guru yang super luar biasa!
Yang pertama, Kami punya Ibu Kalasina Agaki (mengajar kelas 1 – 3 secara bersamaan), berhasil membuat siswanya baca, tulis, dan berhitung! TIDAK ADA SATUPUN siswa yang tidak bisa membaca, TIDAK ADA SATUPUN siswa yang tidak bisa menulis, bahkan kami sangat ahli. Beliau bukan hanya mama bagi anak-anaknya, tapi juga bagi hampir seluruh kampung! Beliau dipanggil mama oleh seluruh anak-anak kampung, suatu hal yang begitu saya rasakan menyentuh hati!
Yang kedua, Kami punya Bapak Robert F. Paath (mengajar kelas 4 – 6). Sosok orang tua yang mengajar dengan kasih sayang yang KERAS. Ada beberapa hal yang sangat teringat :
  1.  JANGAN PERNAH ALPA SEHARIPUN, nanti dapat pukul sampe puas. Hasilnya luar biasa, kami semua adalah anak-anak yang sangat rajin ke sekolah. Kami tidak mengenal kata ALPA.
  2.  JANGAN PERNAH BERKELAHI DENGAN TEMAN, nanti kedua-duanya dapat pukul.
  3. JANGAN TERLIHAT DI ATAS JAM 10 MALAM, ITU SAATNYA TIDUR, nanti dapat pukul.
  4. HARUS HAFAL PERKALIAN, kalau tidak pica. Makanya kami semua hafal perkalian. Makanya kami semua pintar matematika. Tiap pagi maju hafal perkalian, tidak hafal, pica
  5. TIAP HARI ADA TUGAS. Kalau tidak kerja, pica... Saya masih teringat, pagi-pagi keringat dingin kerja tugas matematika.
  6. JANGAN CAMPUR-CAMPUR BUKU, Campur buku, pica...
  7. JANGAN . . . , nanti pica
  8. ROTAN, TEMPELENG, DLL.
  9. Kata-kata yang selalu teringat anak manusia bukan telur yang dipukul pecah, Dikasih hati minta jantung, dll
  10. Rokok Dji Sam Soe dengan minyak angin.
  11. SUPERMAN yang bisa ngajar sekaligus 3 kelas.
  12. Tiap hari kamis buat busur, kahil, tapi saya punya tidak pernah jadi . . .
  13. Tiap jumat buat  pandu, ketupat, atau saham, kura-kura, atau kasuari drai lumpur.
  14. Dan masih banyak lagi


Terima kasih mama, terima kasih Opa Robi (beliau sudah lama pensiun dan pulang kampung ke Manado, beliau menghabiskan masa muda sampai tua untuk mengabdi) trima kasih telah mendidik dengan ROTAN, sehingga kami luar biasa. Saya hendak berterima kasih.

Hari ini saya teringat pada sekolah kecil kami sehingga menulis ini. Buat teman-teman, buktikan bahwa kalian adalah karya-karya yang hebat dari orang hebat, Buat sapu teman Fitri Nur Hayati lanjutkan pengabdian di sekolah kami seperti pendahulumu. Itu amanah!











Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.